BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Friday, May 29, 2009

Diare Kronik / Cirit Birit





Pendahuluan
Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun. Bayi dan balita (bayi bawah lima tahun) rentan sekali akan diare. Perkembangan sistem pencernaan dan kekebalan tubuhnya yang belum optimal menyebabkan mereka mudah terserang diare akibat bakteri atau virus.
Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik.Diare akut berdurasi 2 minggu
atau kurang, sedangkan diare kronis lamanya lebih dari 2 minggu. Selanjutnya
pembahasan difokuskan mengenai diare kronis

1. Etiologi
a). Faktor infeksi 4
i. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).

ii. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.




b) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

c). Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.Contohnya bayi yang alergi sengan laktosa kerana tidak mempunyai enzim lactase untuk mencerna laktosa (intolenransi laktosa)

d). Faktor Psikologis4
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

2. Patofisiologi
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan sebagai berikut :

1. Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
1.1. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar sekaligus.



1.2. Waktu pengosongan lambung yang cepat
Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal.

1.3. Defisiensi enzim
Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua, sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang minum susu.

1.4. Laksan osmotik
Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris). Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut:
- Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %.
- Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri.
- Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan intravena.

2. Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.

3. Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit
Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air.

4. Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen dan hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh hiperperistaltik.

5. Diare eksudatif
Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter, yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.



Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Gangguan gizi


3. Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
• Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
• Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
• Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.


4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal. 4

3. Pemeriksaan
3.1 Anamnesis5
a) waktu dan frekuensi. Diare pagi,keluhan lebih 1tahun:fungsional/IBS. Diare malam keluhan kurang 3 bulan: organic/IBD
b) bentuk tinja. Berminyak,pucat:insufiensi pancreas. Seperti air,;usus halus. Makanan tidak tercerna: gangguan transit.
Diare campur darah: colitis infektif dan colitis ulserosa. Diare diikuti darah menetes : hemoroid.
c) keluhan beserta nyeri atau tidak,demam, mual atau muntah, BB menurun dan defekasi mengendan
d) makanan atau alergi seperti diare setelah minun susu: intoleransi laktosa.

3.2 Pemeriksaan Fisik4
a) Tanda-tanda vital
Suhu badan mengalami peningkatan, nadi menjadi cepat dan lemah,t ekanan darah menurun

b) Antropometri
Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.

c) Pencernaan
Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer

d) Integumen
lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek, mata cekung.

3.3 pemeriksaan penunjang. 5
a) pemeriksaan tinja. Berat tinja dan beda osmotic tinja.
b) pemeriksaaan darah, sebaiknya selepas pemeriksaan tinja.
c) urin
d) foto abdomen polos
e) barium enema
f) sigmoidoskopi dan biopsi
g) Pemeriksaan anatomi khusus : colon in loop (didahului BNO). Kolonoskopi, ileoskopi, dan biopsi, barium follow through atau enteroclysis, ERCP, USG abdomen, CT Scan abdomen

4. Diagnosis kerja
Diare kronik
Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa inkontinensia fekal. Diare terbagi menjadi diare Akut dan Kronik.Diare akut berdurasi 2 minggu atau kurang, sedangkan diare kronis lamanya lebih dari 2 minggu. Defisiensi enzim kondisi di mana seseorang tidak mampu mencerna laktosa, yaitu bentuk gula yang berasal dari susu. Ketidakmampuan ini bisa disebabkan oleh kurangnya atau tidak mampunya tubuh memproduksi LAKTASE, yaitu salah satu enzim pencernaan yang diproduksi oleh sel-sel di usus kecil yang bertugas memecah gula susu menjadi bentuk yang lebih mudah. Gejala umum dari infeksi lactosa adalah diare yang sangat encer, sakit pada bagian perut, dan sering buang gas. Gejala ini berlangsung selama 30-60 menit setelah bayi mengkonsumsi susu sapi atau susu formula yang berbahan dasar susu sapi. 2,4

5. Diagnosis banding
Post Infeksius diare. 2
adalah suatu keadaan dimana anak sering buang air besar dengan tinja yang encer akibat dari infeksi.
• menelan organisme tersebut ketika melewati jalan lahir yang terkontaminasi
• ketika disentuh/dipegang oleh tangan yang terkontaminasi
• .barang-barang, makanan maupun botol susuterkontaminasi.
• menghirup organisme


Gejala.
• Diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
• Diare disertai dehidrasi (kekurangan cairan).
• Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering
• Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan).
• Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.


Alergi susu lembu.
kondisi dimana sistem kekebalan tubuh memberikan reaksi yang berlebihan terhadap protein yang terkandung dalam susu sapi. Diperkirakan 0,3% - 7,5% bayi mengalami alergi susu sapi. Hal ini biasanya terjadi pada saat bayi berumur satu bulan.


Gejala.
• Kolik, gelisah berkepanjangan tidur, muntah, dan diare.
• Sistem pernapasan bayi terganggu, misalnya: batuk, pilek, bersin, dan sesak napas.
• eksim, bengkak, bintik merah, gatal, dan ruam pada mulut dan dahi.
• Gejala paling parah biasanya terjadi 30 menit ke atas setelah bayi mengkonsumsi susu.


Malnutrisi
keadaaan yang terjadi karena makanan yang kualitas dan kuantitasnya kurang, malabsorpsi ataupun keadaan ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan nutrient.
Gejala.
• Gagal untuk menambah berat badan
• Pertumbuhan linear terhenti. Edema general (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)
• Diare yang tidak membaik
• Dermatitis, (deskuamasi dan vitiligo).
• Perubahan warna rambut kemerahan dan mudah dicabut.
• Penurunan masa otot dan perubahan mental
• Pada keadaan berat/ akhir dapat mengakibatkan shock, coma dan berakhir dengan kematian


Coeliac
penyakit kronik inflamasi saluran cera khususnya usus halus. Kelainan dipicu oleh reaksi lambat terhadap protein gluten.


Gejala.
• Gangguan kulit berupa dermatitis herpetiformis dan kulit teraba kasar dan kering.badan kecil dan sangat kurus meskipun banyak makan.
• Disertai gangguan kalsium, B12, B6 , vitamin E,Asam folat, Karnitin

Kistik fibrosis
penyakit keturunan yang menyebabkan kelenjar tertentu menghasilkan sekret abnormal, sehingga timbul beberapa gejala yang terpenting adalah yang mempengaruhi saluran pencernaan dan paru-paru. Berkurangnya jumlah sekresi pankreas yang sangat penting untuk pencernaan lemak dan protein


Gejala
• Pertumbuhan bayi berlangsung lambat walaupun makan normal. Bayi tampak kurus dan memiliki otot yang lembek.
• Gangguan penyerapan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan K)
• batuk terus menerus bunyi nafas mengi (bengek), infeksi saluran pernafasan.Batuk seringkali disertai oleh tersedak, muntah dan sulit tidur.


6. Penatalaksanaan
Medika Mentosa1
Pengobatan diare kronik ditujuan terhadap penyakit yang mendasari.
Sejumlah agen anti diare dapat digunakan pada diare kronik. Opiat mungkin dapat
digunakan dengan aman pada keadaan gejala stabil.
1. Loperamid : 4 mg dosis awal, kemudian 2 mg setiap mencret. Dosis maksimum
16 mg/hari.
2. Pada anak dengan intoleransi laktosa diberikan susu rendah laktosa (LLM, Almiron, eiwit melk) atau Free lactose milk formula (sobee, Al 110) selama 2-3 bulan kemudian diganti kembali ke susu formula yang biasa. (kadar laktosa Almiron 1,0%, eiwit melk 1,4%, LLM 0,8%, Sobee 0% dan Al 110 (0%)
3. Kodein, paregoric : Disebabkan memiliki potensi additif, obat ini sebaiknya
dihindari. Kecuali pada keadaan diare yang intractable. Kodein dapat diberikan
dengan dosis 15-60 mg setiap 4 jam. Paregoric diberikan 4-8 ml.
4. Klonidin : ∝2 adrenergic agonis yang menghambat sekresi elektrolit intestinal.
Diberikan 0,1-0,2 mg/hariselama 7 hari. Bermanfaat pada pasien dengan diare
sekretori, kriptospdidiosis dan diabetes.
5. Octreotide : Suatu analog somatostatin yang menstimulasi cairan instestinal dan
absorbsi elektrolit dan menghambat sekresi melalui pelepasan peptida
gastrointestinal. Berguna pada pengobatan diare sekretori yang disebabkan oleh
VIPoma dan tumor carcinoid dan pada beberapa kasus diare kronik yang
berkaitan dengan AIDS. Dosis efektif 50mg –250mg sub kutan tiga kali sehari.
6. Cholestiramin : Garam empedu yang mengikat resin, berguna pada pasien diare
sekunder karena garam empedu akibat reseksi intestinal atau penyakit ileum.
Dosis 4 gr 1 s/d 3 kali sehari.
7. Dhypenoxylat dengan atropin : diberikan 3-4 kali per hari.


Non medika mentosa1
• Pentalaksanaan umum atau supportif yg dpt dilakukan yaitu:
• Rehidrasi : pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit pasien
• Perbaiki keadaan umum dan tanda vital : infus dan lain lain
• Nutrisi
• Penyuluhan / edukasi

7. Prognosis
Prognosis diare kronik ini sangat tergantung pada penyebabnya.Prognosis adalah baik, Pada penyakit endokrin,prognosis tergantung pada penyakit dasarnya.Pada penyebab obat-obatan,tergantung pada kemampuan untuk menghindari pemakaian obat-obat tersebut.Pada pasca bedah prognosis tergantung pada sejauh mana akibat tindakan operasi pada penderita di samping faktor penyakit dasarnya sendiri6



Kesimpulan
1. Diare kronis adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dengan konsistensi tinja lebih lembek atau cair dan berlangsung dalam waktu lebih dari 2 minggu.
2. Penyebab diare kronis sangat banyak, yaitu malbsorbsi dan infeksi khusus pada saluran pencernaan, pengaruh obat-obatan, dan beberapa keadaan yang menyebabkan kenaikan aktivitas motorik usus. Namun penyebab tersering pada bayi dan anak adalah malabsorpsi dan proses infeksi.
3. Penatalaksanaan diare kronis pada prinsipnya harus dikerjakan bersama-sama dengan pemberian nutrisi yang cukup untuk memenuhi atau memelihara pertumbuhan normal. Malnutrisi kalori dan protein harus dihindari sebisa mungkin karena hal tersebut dapat menjadi variable pengganggu yang memperlambat atau menghambat pengembalian ke fungsi usus normal.






Daftar pustaka
1. http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/02/05/d-i-a-r-e/ 5 feb 2008
2. http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-srimaryani2.pdf 2003
3. http://www.balita-anda.com/balita_367_Diare.html Jumat, 18 Mei 2007
4. http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_diare.html
5. Modul Belajar blok 16, Sistem Digestivus 2, Semester 4 April 2009
6. http://cousbravo.blogspot.com/2009/04/diare.html

0 comments: